Rabu, 30 November 2011

METAMORFOSIS

                         Kupu-Kupu yang Lumpuh...

Ketika Aku masih menjadi KEPOMPONG ..................
Terbayang ......betapa senangnya bila aku bisa  TERBANG
Ketika aku masih  harus BERJUANG............
Melewati PROSES BERAT  melewati sebuah LUBANG....
Sangat BERAT MEMANG....
Aku Mencoba berjuang .... dan....
            Sebagian kecil tubuhku berhasil melewati lubang....
ooohhhh rasanya lelah sekali .......dan aku berhenti sejenak.........
Saat itu ....tampaknya seorang Manusia mengamatiku ....
Tampaknya Ia kasihan ...........dan ingin MENOLONGku....
Lubangku dikuakkan....
          Pikirnya...membuatku lebih gampang....
Aaaaahhh memamg gambang tak usah BERJUANG,,, DAN 
KELUARLAH AKU  ke dunia lapang....
Tetapi.....mengapa aku tidak bisa terbang.....???
Ternyata cairan tubuhku yang Tuhan berikan untuk sayap-sayapku
berfungsi...baru bisa terjadi kalau lubang kecil itu kulewati..... dan 
PERTOLONGAN ITULAH yang melumpuhkanku, SEKARANG aku 
hanya bisa merangkak dan merangkak sebagi KUPU-KUPU YANG LUMPUH SEPANJANG MASA................,


KITA AMBIL MAKNA YANG BESAR DAN DALAM dari proses Metamorposis Kupu-Kupu di atas...!!!!!


Bahwa HIDUP adalah BELAJAR, mempelajari apa yang dilihat dan dirasakan. 
Belajar adalah PROSES: dari tidak tahu menjadi tahu, dari salah menjadi benar, dari gelap menjadi terang. melalui proses PANJANG mari berjuang menjadi diri sendiri: SEBUAH PRIBADI YANG BERPOTENSI.....




lOVE'S
mAWAR mERAH
SALAM bloger ()



Rabu, 16 November 2011

Puisi Hatiku dipersembahkan untuk siswa kelas X-5

DIPONEGORO
( Karya : Chairil Anwar )


Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang


A. Analisislah  puisi di atas berdasarkan  gambaran,  pengindraan , perasaan, pikiran, dan imajinasi!
B. Hasil Analisis dikirim ke email ibu, terimakasih, selamat bekerja

Bagaimana menjadi Guru Ideal ? Impian atau Harapan ......?

Bagaimana Menjadi Guru Ideal?....Apakah sebuah impian atau harapan?....
Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami.
Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya. Tapi, dia pun harus bisa menerima kritikan dari peserta didiknya. Dari kritik itulah dia dapat belajar dari para peserta didiknya. Guru ideal justru harus belajar dari peserta didiknya. Dari mereka guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan melakukan umpan balik (feedback). Benarkah sosok itu ada? Lalu seperti apakah sosok guru ideal yang diperlukan saat ini? Apakah guru ideal hanyalah guru yang sudah lulus sertifikasi guru? Benarkah demikian?
Dari hasil perenungan yang mendalam, dan juga hasil wawancara dengan teman-teman guru di mana penulis bertugas didapatkan pendapat yang beragam dan mengerucut pada tiga pendapat tentang guru ideal. Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Senyum, Salam, Sapa, Syukur, dan Sabar).
Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki sifat selalu berkata benar, penyampai yang baik, kredibel, dan cerdas. Guru yang memiliki keempat sifat itu adalah guru yang mampu memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki budi pekerti yang luhur. Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sifat tersebut di atas harus dimiliki oleh guru dalam mendidik anak didiknya karena memiliki motto iman, ilmu, dan amal. Memiliki iman yang kuat, menguasai ilmunya dengan baik, dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
Selain itu, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan perilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat.
Kelima kecerdasan itu adalah:
1.      kecerdasan intelektual
2.      kecerdasan moral
3.      kecerdasan social
4.      kecerdasan emosional
5.      kecerdasan  motorik
Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, mengapa?
Bila kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses. Segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus plagiarisme (menjiplak karya tulis ilmiah milik orang lain) dan korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.
Selain kecerdasan intelektual dan moral, kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh guru ideal agar tidak egois, dan selalu memperdulikan orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Dia pun harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak mudah marah, tersinggung, dan melecehkan orang lain. Dia harus memiliki sifat penyabar dan pemaaf.
Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal. Kecerdasan motorik harus senantiasa dilatih agar guru dapat menjadi kreatif dan berprestasi. Dia memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi seperti menggapai bintai di langit. Tak salah bila pada akhirnya peserta didik mengatakan, “guruku mampu menggapai bintang di langit.”
Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila anda berprofesi sebagai seorang guru harus mampu berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru yang ideal. Ideal di mata peserta didik, ideal di mata masyarakat, dan ideal di mata Sang Maha Pemberi. Bila semakin banyak guru ideal yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa untuk memiliki budi pekerti yang luhur. Mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang diharapkan oleh para leluhur bangsa.
Semoga sosok guru ideal semakin banyak dalam dunia pendidikan kita.
Salam Blogger Persahabatan